Home
/
Articles
/
For You
/
Mitos Seputar Asma yang Keliru
Mitos Seputar Asma yang Keliru
10 January 2020
MyProtection News Jakarta

Rasanya mendengar nama penyakit Asma pasti tidak asing di teling anda. Penyakit satu ini merupakah salah satu penyakit tak menular yang banyak diderita penduduk Indonesia. Kementrian Kesehatan menyebutkan bawa sekitar 4,5% penduduk Indonesia mengidap Asma.

Jika berbicara tentang asma, kita seringkali mendengar beberapa informasi. Ternyata ada beberapa mitos seputar asma yang tidak benar sama sekali, lho, Sahabat MyProtection. Simak ulasannya di bawah ini!

 

  1. Mitos: Asma merupakan penyakit keturunan

Asma memang bisa saja diturunkan oleh keluarga. Namun, perlu diingat bahwa asma bisa muncul akibat pengaruh lingkungan. Jika salah satu dari orang tua Anda mengidap asma, maka Anda belum tentu akan mengidap penyakit yang sama. Paparan dari lingkungan luar seperti debu, serbuk bunga, makanan, serangga, dan alergi bisa memicu timbulnya asma.

 

  1. Penyakit Asma bisa menghilang dengan sendirinya

Baik dengan mengonsumsi obat ataupun tidak, seorang pengidap asma tidak akan pernah benar-benar sembuh. Kondisi seseorang mungkin saja membaik seiring berjalannya waktu. Serangan asma yang dialami pun bisa saja jauh berkurang. Suatu saat, gejala asma mungkin saja muncul secara tiba-tiba walaupun Anda tidak pernah mengalami asma dalam jangka waktu yang lama. Kabar baiknya, gejala asma bisa dikontrol dan diminimalisir dengan penanganan tepat.

 

  1. Penderita asma tidak boleh berolahraga

Mitos yang satu ini mungkin familiar dengan kita. Apalagi, olahraga identik dengan kegiatan fisik yang cukup berat. Namun, bukan olahraga yang harus dihindari oleh penderita asma, tetapi pemicu asma itu sendiri. Contohnya debu, makanan, dan stress. Jika olahraga berat memicu kambuhnya asma, maka Anda disarankan untuk mengunjungi dokter dan mengganti rutinitas olahraga Anda. Misalnya yoga, pilates, dan berenang bisa membantu memperlancar pernapasan!

 

Nah, Sahabat Myprotection, sekarang kita tahu mana mitos dan fakta terkait asma. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan Anda dan memperlengkapi diri dengan proteksi lebih dari MyProtection

 

Salam,
Sahabat MyProtection

Was this article helpful?
Subscribe to our newsletter
Click subscribe to subscribe to our article newsletter
Share MyPro on
facebook
twitter
instagram
About MyProtection News Jakarta
MyProtection is one of the pioneer portals for purchasing health insurance and general insurance online which can be accessed via website and application platforms since 2017.
Recommended Articles
5 14-09-2020
Waspada Happy Hypoxia, Gejala Baru COVID-1

Jakarta, 14 September - MyProtection News

 

Hi, Sahabat MyProtection!

Akhir-akhir ini mungkin Anda pernah mendengar happy hypoxia. Apa itu hypoxia dan apa hubungannya dengan COVID-19?

Dalam penelitian yang dilakukan Loyola University Health System, penderita COVID-19 yang memiliki gejala happy hypoxia memiliki kadar oksigen dalam tubuh yang sangat rendah, tetapi tidak mengalami dyspnea atau kesulitan bernafas. Dalam beberapa kasus, penderita COVID-19 bisa beraktivitas dengan normal. Padahal kadar oksigen yang sangat rendah bisa mengancam nyawa.

Hipoksemia sendiri bukanlah fenomena baru. Hipoksemia sendiri didefinisikan sebagai penurunan kadar oksigen dalam darah. Ketika kadar oksigen dalam darah sangat rendah, tubuh akan mengalami beberapa gejala fisik seperti sesak napas, pusing hingga pingsan, napas pendek dan cepat, denyut jantung lebih cepat, kulit pada ujung jari dan sekitar bibir membiru.

Namun, pada kasus happy hypoxia ini, penderita hampir tidak menunjukan gejala fisik apapun. Bahkan penderita bisa beaktivitas cukup normal. Hal ini lah yang menjadikan happy hypoxia berbahaya. Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa penderita COVID-19 tanpa gejala umumnya tidak segera menerima penangan medis. Sehingga infeksi makin meluas dan kadar oksigen terus menurun. Sampai akhirnya penderita tiba-tiba merasa sesak napas tapi kadar oksigen dalam darah sudah terlalu rendah dan bisa menyebabkan kematian.

 

Deteksi Dini Happy Hypoxia

Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, Surakarta, Jawa Tengah, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan terdapat dua langkah untuk mendeteksi dini gejala happy hypoxia.

  • Tarik napas dalam-dalam 2-3 kali.
  • Bila timbul rangsangan batuk, waspadai risiko hipoksia.
  • Menggunakan alat Pulse Oxymeter di ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen.
  • Keduanya dilakukan berkala, minimal pagi-siang-sore-malam.

Seperti yang disebutkan di atas, untuk mengecek kadar oksigen dalam darah secara lebih akurat, Anda harus menggunakan oxymeter atau oksimetri. Perhatikan apakah kadar oksigen dalam darah tetap wajar. Jika dalam pemeriksaan yang Anda lakukan, hasil pada alat oksimeter tersebut menunjukkan angka saturasi 95 ke atas, maka berarti Anda kemungkinan tidak mengalami hypoxemia atau hypoxia. Anda bisa membeli oksimeter sendiri atau melakukan pengecekan di rumah sakit.

 

Waspada Gejala COVID-19

Selain happy hypoxia, terdapat beberapa gejala umum COVID-19 menurut World Health Organization:

  • Demam
  • Batuk kering
  • Kelelahan
  • Kesulitan bernapas atau napas pendek
  • Nyeri pada bagian dada/tekanan pada dada
  • Kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak

Beberapa orang juga mengalami gejala lain seperti;

  • Hidung tersumbat
  • Nyeri
  • Sakit kepala
  • Mata merah/konjungtivitis
  • Sakit tenggorokan
  • Kehilangan kemampuan penciuman atau merasakan makanan
  • Perubahan warna pada jari tangan dan kaki

Bagi individu yang mengalami gejala deman dan/atau batuk disertai kesulitan bernapas, napas pendek, nyeri dada/tekanan pada dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera menghubungi bantuan tenaga medis atau mengunjungi rumah sakit. Untuk bantuan dan penanganan COVID-19, silakan menghubungi Hotline COVID-19 di 119.

Kalau Anda tidak yakin kapan harus beribat ke dokter atau ingin berkonsultasi mengenai gejala yang Anda alami, asuransi kesehatan dari MyProtection memiliki fitur online doctor consultation. Sehingga Anda bisa berkonsultasi lewat ponsel dengan dokter pilihan.

 

Salam,
Sahabat MyProtection

Read Article
5 15-01-2020
Kerja Kantoran Sambil Bisnis, Bisakah?
Read Article
5 27-08-2021
Pilih Asuransi Kesehatan Keluarga, Jangan Sembarangan!
Read Article