Rasanya mendengar nama penyakit Asma pasti tidak asing di teling anda. Penyakit satu ini merupakah salah satu penyakit tak menular yang banyak diderita penduduk Indonesia. Kementrian Kesehatan menyebutkan bawa sekitar 4,5% penduduk Indonesia mengidap Asma.
Jika berbicara tentang asma, kita seringkali mendengar beberapa informasi. Ternyata ada beberapa mitos seputar asma yang tidak benar sama sekali, lho, Sahabat MyProtection. Simak ulasannya di bawah ini!
Asma memang bisa saja diturunkan oleh keluarga. Namun, perlu diingat bahwa asma bisa muncul akibat pengaruh lingkungan. Jika salah satu dari orang tua Anda mengidap asma, maka Anda belum tentu akan mengidap penyakit yang sama. Paparan dari lingkungan luar seperti debu, serbuk bunga, makanan, serangga, dan alergi bisa memicu timbulnya asma.
Baik dengan mengonsumsi obat ataupun tidak, seorang pengidap asma tidak akan pernah benar-benar sembuh. Kondisi seseorang mungkin saja membaik seiring berjalannya waktu. Serangan asma yang dialami pun bisa saja jauh berkurang. Suatu saat, gejala asma mungkin saja muncul secara tiba-tiba walaupun Anda tidak pernah mengalami asma dalam jangka waktu yang lama. Kabar baiknya, gejala asma bisa dikontrol dan diminimalisir dengan penanganan tepat.
Mitos yang satu ini mungkin familiar dengan kita. Apalagi, olahraga identik dengan kegiatan fisik yang cukup berat. Namun, bukan olahraga yang harus dihindari oleh penderita asma, tetapi pemicu asma itu sendiri. Contohnya debu, makanan, dan stress. Jika olahraga berat memicu kambuhnya asma, maka Anda disarankan untuk mengunjungi dokter dan mengganti rutinitas olahraga Anda. Misalnya yoga, pilates, dan berenang bisa membantu memperlancar pernapasan!
Nah, Sahabat Myprotection, sekarang kita tahu mana mitos dan fakta terkait asma. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan Anda dan memperlengkapi diri dengan proteksi lebih dari MyProtection
Salam,
Sahabat MyProtection
Jakarta, 6 Maret 2020 - MyProtection News
Dilansir dari CNN, Ikatan Dokter Indonesia atau IDI meminta masyarakat tak perlu panik berlebihan akibat wabah Corona baru atau SARS Cov-19. IDI menyatakan bahwa kemungkinan pasien penderita corona untuk sembuh bisa mencapai angka 97%. Sehingga, masyarakat diimbau untuk tetap waspada namun tak perlu sampai menimbun masker atau sembako.
Dokter Erlina Burhan dari IDI juga berpendapat bahwa penyakit akibat virus corona berbeda dengan virus flu burung yang memakan banyak korban jiwa. Pun selain virus corona, ada penyakit lain yang memiliki tingkat fatalitas lebih besar dan perlu diberikan perhatian juga.
WHO menunjukkan data tingkat kematian akibat corona kini berada di titik 3,4 persen. Sedangkan dari 95.784 kasus corona, 56% di antaranya atau lebih dari setengah total pengidap virus corona dinyatakan sembuh.
Dokter Erlina menambahkan bahwa virus corona ada self-limiting disease, artinya virus bisa mati dengan sendirinya selama imun tubuh bekerja dengan maksimal. Oleh karena itu, walaupun belum ditemukan obat atau antivirus untuk mengatasi corona, pasien positif corona akan diberikan perawatan terapi simtomatik dan suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Pengidap virus corona yang telah sembuh pun tidak bisa menularkan virus lagi kepada orang yang sehat.
Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Caranya adalah dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, makan makanan sehat, berolahraga rutin, minum vitamin jika perlu, menghindari kontak dengan pasien tertular virus, dan tidak merokok atau mengonsumsi alcohol.
Semoga Anda sehat selalu!
Salam,
Sahabat MyProtection
 
                                    